Sumber: anangku.blogspot.com |
Bidang
tulis-menulis atau mengarang membutuhkan ketajaman pikiran, keluasan wawasan,
dan kemampuan menuangkan ide secara tertulis. Khusus untuk menulis karya fiksi,
seperti puisi, cerita pendek, dan novel, dibutuhkan juga kepekaan terhadap
keindahan dan nilai-nilai kemanusiaan. Dibandingkan dengan olahraga dan
kesenian, tulis-menulis memang mungkin kurang diminati oleh anak muda dan
remaja. Namun, dalam beberapa tahun terakhir ini mulai ada gejala minat membaca
dan menulis di kalangan remaja menunjukkan peningkatan.
Kegemaran atau kebiasaan menulis sangat baik untuk mengasah
ketajaman pikiran dan perasaan serta kepekaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Menulis juga sangat baik untuk meningkatkan wawasan dan kecerdasan. Orang yang
gemar menulis biasanya akan gemar membaca dan mengamati. Mengapa demikian? Hal
ini karena untuk tulisan-tulisan yang akan dibuatnya dia membutuhkan bahan
berupa pengetahuan, data, atau fakta.
Menulis dapat menjadi ajang meraih prestasi. Prestasi yang
dapat diraih melalui kegiatan menulis bahkan bisa sangat prestisius (bergengsi
tinggi). Dengan menulis karya fiksi, seseorang dapat meraih hadiah Nobel untuk
bidang sastra. Para penulis yang berprestasi tinggi, yakni yang karyanya diakui
bermutu tinggi dan sangat bermanfaat bagi kemanusiaan, baik di dunia maupun di
Indonesia, banyak mendapat penghargaan dan penghormatan tinggi dari masyarakat
dan negara.
Seperti halnya olahraga dan kesenian, menulis juga
membutuhkan potensi. Untuk mencapai kemampuan menulis yang baik, diperlukan
pengembangan potensi menulis secara tepat. Upaya yang lazim untuk mengembangkan
potensi menulis ialah membaca, mengamati, meneliti, dan berlatih menuangkan
gagasan secara tertulis dengan rajin, teratur, disiplin, dan berkesinambungan.
Tidak sedikit
penulis sastra Indonesia yang telah mendapat penghargaan bergengsi di tingkat
internasional serta mengharumkan nama Indonesia di forum dunia. Penulis-penulis
tersebut, antara lain, Budi Darma, Goenawan Mohamad, Y.B. Mangunwijaya, Rendra,
Pramudya Ananta Toer, Putu Wijaya, N.H. Dini, Andrea Hirata, dan Wiji Thukul.
Selain mendapat penghargaan, sebagian karya mereka juga diterjemahkan ke dalam
beberapa bahasa asing (seperti bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Jepang, dan
Belanda).