Zamroni Sw.
Ini adalah
sebuah perjalanan tanpa perhentian. Melaju dengan kecepatan angin yang berembus
dari liang peradaban yang kacau. Meliuk di antara puing-puing reruntuhan zaman
yang uzur dimakan waktu.
Seabad lebih
lalu kita mengukur jarak dan menancapkan tiang untuk menandai akhir perjalanan.
Namun, petualangan membuatnya tak berguna. Tak ada lagi kata berhenti untuk
selamanya. Kita hanya bisa berhenti untuk sementara, sekadar melepas lelah
dan meredakan jengah dan amarah.
Seabad kemudian
perjalanan kita menjelma pengembaraan yang sarat pertarungan. Penaklukan dan
pertumpahan darah nyaris membuat kita kalah. Beruntung, para martir dan leluhur
tak pernah menyerah. Mereka menghunus senjata
dan menyabung nyawa demi anak cucunya.
Berabad-abad
yang akan datang tempat singgah kian punah oleh pertempuran. Bumi berputar
cepat sekali hingga matahari sulit dikenali. Waktu yang tergilas mimpi hanya
sedikit menyisakan jeda di antara jejak-jejak yang mengular ke puncak.
Reruntuhan langit mengubur bunga dan dedaunan yang berguguran oleh musim
kemarau yang teramat panjang.
Berabad-abad
adalah waktu yang singkat untuk mengembara. Dan tanah negeri terlalu gersang
untuk menjadi tempat istirahat yang nyaman tanpa gangguan. Nyaris tiada lagi
waktu tersisa untuk menyusun rencana dan mengobati luka. Para petarung kian
rakus dan membabi buta memperebutkan takhta. Bom waktu bertebaran di lembaran
sejarah yang basah oleh darah dan sangit oleh terbakarnya langit.
Abad tidak
akan pernah membuat frustrasi atau putus asa. Mungkin hanya akan merepotkan
dalam waktu kurang dari sewindu. Kita harus jadi lakon tak terkalahkan yang
terus mengembara dan bertarung sampai waktu menyerah kepada sejarah. Dan cerita
paripurna oleh kematian massal dan senjakala riwayat manusia dan dunia.
Solo-Ngawi, Maret-April 2018
No comments:
Post a Comment