Bercerita (Sumber: tempo.co) |
Semua orang pasti memiliki pengalaman. Di antara pengalaman yang dimiliki, biasanya ada pengalaman tertentu yang paling mengesankan. Apakah pengalaman Anda yang paling
mengesankan atau sangat mengesankan? Pernahkah Anda menceritakan pengalaman tersebut secara lisan kepada teman-teman atau saudara? Bagaimana cara Anda dalam menceritakan pengalaman itu?
Suatu pengalaman akan lebih menarik dan mengesankan manakala diceritakan kepada orang lain dengan kata-kata dan kalimat yang efektif. Dengan cara begitu, pengalaman yang diceritakan akan mudah ditangkap dan dipahami isinya serta dapat
meninggalkan kesan yang mendalam. Berikut ini adalah sebuah contoh pengalaman yang disampaikan dengan bahasa yang efektif dan menarik.
Masih Ada Esok yang
Mendatangkan Malu
Ketika itu aku masih menjadi siswa sebuah
madrasah tsanawiyah. Dalam suatu acara sekolah, aku dipercaya untuk membawakan
pidato dalam bahasa Arab. Kata banyak orang, aku lumayan pintar dalam berbahasa Arab di sekolah.
Seorang guru memberiku dua lembar naskah
pidato dua pekan sebelum acara berlangsung. Naskah itu harus kuhafalkan dan
kukuasai benar isinya sebelum aku naik mimbar. “Sekarang kamu harus benar-benar
menggunakan waktu untuk mempela-jari naskah itu,” pesan guruku, “supaya saat
kamu tampil tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.”
Beberapa hari sejak menerima naskah, aku
benar-benar menggunakan waktuku untuk mempelajari dan menguasainya. Isi lembar
pertama berhasil kukuasai. Namun, karena kupikir masih ada waktu yang cukup
panjang sebelum hari H tiba, aku kesampingkan lembar yang kedua.
Aku selalu beranggapan, masih ada esok
untuk belajar. Aku santai dan, akhirnya, lalai, sehingga saat hari aku harus
naik ke atas mimbar tiba, lembar kedua naskah itu belum kukuasai. Aku pun
gelisah dan jantungku berdebar-debar tak menentu.
Namun, aku harus tetap menjalankan tugas.
Aku datang ke lokasi acara bersama ayahku. Sesampai di lokasi, aku bertemu guru
yang memberiku naskah pidato itu. “Apakah kamu sudah siap?” tanyanya kepadaku.
Aku tak mengatakan bahwa lembar kedua belum kukuasai, dan aku tidak mungkin
untuk mundur.
Pukul 08.30 acara dimulai. Aku makin
gelisah. Tubuhku gemetar. Menunggu giliran naik ke atas podium kurasakan
seperti menanti giliran untuk menerima hukuman! Ayahku sampai mengira bahwa aku
sakit.
Acara demi acara berlangsung, sampai
akhirnya pembawa acara mempersilakanku untuk membawakan pidato –– ya pidato
dalam bahasa Arab yang sebagian isi naskahnya sama sekali tak
kukuasai.
Aku naik ke podium dengan keadaan
seadanya. Di luar dugaanku, aku tampil
menarik pada awalnya. Tak salah lagi, uraian yang kusampaikan itu adalah isi
lembar pertama yang memang kukuasai benar. Namun, selanjutnya, aku seperti
mesin macet yang teronggok di podium di bawah tatapan mata banyak orang.
Kepalaku terasa kosong melompong, dan
mulutku terkunci. Selama sekitar lima
menit aku diam saja. Hadirin tercengang, seolah-olah sedang menyaksikan manusia
hidup yang tiba-tiba menjelma patung. Akhirnya kuputuskan untuk turun dari
podium dengan membawa utang pidato yang belum tuntas!
Kembali aku menempati kursiku. Aku begitu
malu dan menyesal. Mengapa hari-hariku
yang sebenarnya lebih dari cukup untuk mempelajari seluruh isi naskah pidato
tidak kugunakan dengan baik dan semestinya?
Acara berakhir, dan guru yang memberiku
naskah pidato menghampiriku. Ia tampak begitu kecewa dan jengkel. Rasa malu dan
sesal dalam diriku pun kemudian makin menggumpal. Aku sampai hendak menangis
rasanya.
Setelah peristiwa itu aku jadi tahu, betapa berharganya waktu. Betapa
ruginya menyia-nyiakan waktu karena begitu terlewat ia tak akan pernah kembali.
Sejak itu, aku mengerti, betapapun ringannya pekerjaan atau tugas, aku harus
menyelesaikannya saat itu juga, tanpa menunda-nundanya lagi. Benarlah bahwa
waktu ibarat pedang: jika kita tidak menggunakannya dengan baik, kita akan
“dipenggalnya” seperti binatang ternak.
(Tarbawi, 10 Oktober 2002, Sofyan,
dengan pengubahan seperlunya)
1. Memilih Pengalaman
yang Mengesankan
Setiap orang biasanya memiliki banyak pengalaman. Akan tetapi, tentunya tidak semua pengalaman menarik dan mengesankan. Dari sekian pengalaman yang kita miliki, mungkin hanya beberapa yang menarik dan
mengesankan karena sifatnya yang lucu, menggelikan, menakjubkan, menggetarkan,
menyedihkan, mengharukan, atau menjengkelkan. Berikut ini contoh peristiwa yang menggelikan, menyenangkan, dan menyedihkan.
a. Pengalaman/Peristiwa
Menggelikan
1) Oleh karena terburu-buru
saat keluar dari masjid, aku memakai sandal milik orang yang tak kukenal.
2) Akibat emosional, SMS berisi omelan yang
hendak kutujukan temanku keliru terkirim ke guru matematikaku.
b. Pengalaman/Peristiwa
Menyenangkan
1) Aku mendapat hadiah buku kumpulan puisi penyair terkenal dari kepala sekolah karena menjadi juara membaca puisi antarsekolah.
2) Sekolah memilihku untuk mewakili sekolah
dalam lomba karya ilmiah antarsekolah tingkat provinsi.
c. Pengalaman/Peristiwa
Menyedihkan
1) Aku harus pulang dari
kegiatan kemah pramuka karena mendapat pemberitahuan bahwa nenekku meninggal dunia.
2) Aku mendapat nilai buruk untuk ulangan
fisika, padahal teman-teman memperkirakan aku akan mendapat nilai tertinggi.
Apakah Anda memiliki pengalaman atau mengalami peristiwa yang beragam dan menarik? Apakah saja pengalaman atau peristiwa itu? Saat akan menceritakan pengalaman yang mengesankan, ada baiknya kita mengingat dan memilih
salah satu pengalaman. Dengan memilih salah satu pengalaman, perhatian dan pikiran kita akan lebih terfokus.
2. Bercerita
tentang Pengalaman
yang Mengesankan
Pengalaman yang kita miliki sering mengandung pelajaran yang
berguna. Isinya dapat menjadi bahan renungan untuk mawas diri dalam upaya
meningkatkan sikap disiplin, rendah hati, menghargai orang lain, dan
sebagainya. Oleh karena itu, sangat baik jika kita dapat menceritakan pengalaman yang kita miliki kepada orang lain.
Pada saat menceritakan pengalaman, kita tentu menghendaki pendengar kita tertarik,
memberikan perhatian penuh, larut dalam peristiwa cerita, serta paham dengan isi pengalaman yang kita sampaikan. Namun, hal itu tidak mudah untuk
dicapai. Salah satu kunci agar cerita pengalaman yang kita sampaikan dapat memikat sekaligus ditangkap dan
dipahami isinya ialah kalimat yang kita gunakan efektif.
Bagaimanakah bercerita dengan kalimat yang efektif itu? Prinsip dalam menyusun kalimat
efektif ialah kata-kata dipilih dan digunakan dengan seperlunya serta kalimat disusun dengan cermat, tidak panjang lebar, dan tepat
sasaran. Perhatikan beberapa contoh berikut ini.
a. Kalimat Tidak
Efektif
1) Begitu tahu aku membawa
telepon HP, orang yang tak dikenal itu segera secepatnya bergegas dan
terburu-buru pergi.
2) Aku sama sekali tak menyangka dan
memperkirakan bahwa orang yang sejak dari tadi membuntutiku dari belakang itu
ternyata tidak lain adalah guruku.
b. Kalimat Efektif
1) Begitu tahu aku membawa HP,
orang tak dikenal itu bergegas pergi.
2) Aku sama sekali tak menyangka, orang yang
sejak tadi membuntutiku itu ternyata guruku.
(Sumber: Tema & Tokoh, https://teladan-tokoh.blogspot.com/2017/08/menceritakan-pengalaman-yang-mengesankan.html,
Selasa, 8 Agustus 2017)
No comments:
Post a Comment