Oleh
Akhmad Zamroni
Wawancara (Sumber: fauzydarmawanfikomjayabaya14.blogspot.com) |
Teks
wawancara lazim disajikan kepada pembaca dalam bentuk kalimat-kalimat langsung.
Artinya, kalimat-kalimat yang dipaparkan langsung berasal dari narasumber.
Namun, untuk penulisan berita, para wartawan sering mengubah hasil wawancara
menjadi narasi, yakni paparan atau kisahan. Hal itu dilakukan dengan tetap
mempertahankan intisarinya.
Kali
ini kita akan belajar dan berlatih mengubah teks wawancara menjadi narasi atau
kisahan. Kita akan berlatih melakukan pekerjaan seperti yang sering dilakukan
para wartawan. Sebelumnya, perhatikan contoh berikut ini.
Berapa luas kebun mangga milik Pak Samijo ini?
Semula ada
satu hektare. Namun, sejak enam bulan
lalu sebagian lahan saya gunakan untuk mengembangkan tanaman lain, yakni jeruk.
Dari satu hektar luas lahan ini, sekitar seper empat di antaranya saya gunakan
untuk menanam jeruk.
Mengapa sebagian lahan dialihkan untuk jeruk?
Saya ingin
mencoba mengembangkan jenis tanaman lain. Saya coba dulu secara terbatas jenis
jeruk di lahan ini. Jika hasilnya bagus, saya bermaksud mengembangkannya lebih
lanjut. Untuk keperluan itu, mungkin saya akan memperluas lahan.
Ada berapa jenis mangga yang ada di kebun ini?
Ada tiga
jenis, yakni manalagi, arumanis, dan gadung.
Bagaimana pemasaran hasil panen selama ini?
Pemasaran
hasil panen saat ini hampir tidak pernah mengalami masalah. Sebagian besar
hasil panen, sekitar 75 persennya, diborong supermarket. Sisanya yang 25 persen
diambil pedagang grosir. Mereka sendiri yang datang ke sini.
(Infotani,
Desember 2007)
Apa
yang dikemukakan narasumber (Pak Samijo) di atas adalah kalimat-kalimat
langsung, yakni kalimat yang langsung berasal dari orang yang memberi
pernyataan. Pernyataan itu dikutip langsung apa adanya seperti dikemukakan saat
wawancara. Untuk pengubahannya menjadi narasi, kalimat langsung dapat dialihkan
menjadi kalimat tidak langsung dan sebagian lagi dapat dipertahankan sebagai
kalimat langsung. Jika teks wawancara di depan tadi dinarasikan, akan menjadi
sebagai berikut.
Di
atas lahan seluas satu hektare, Pak Samijo bercocok tanam mangga. Namun, sejak
enam bulan lalu, seper empat dari lahan tersebut ditanami jeruk. Selain
mengusahakan mangga, Pak Samijo bermaksud mengembangkan jenis tanaman lain.
Tanaman pertama yang dicobanya adalah jeruk. “Jika hasilnya bagus, saya
bermaksud mengembangkannya lebih lanjut,” kata Pak Samijo. “Untuk keperluan
itu, mungkin saya akan memperluas lahan.”
Pohon
mangga yang diusahakan Pak Samijo terdiri atas tiga jenis, yakni manalagi,
arumanis, dan gadung. Mengenai pemasaran hasil panen, “Hampir tidak pernah
mengalami masalah,” kata Pak Samijo. Sekitar 75 persen hasil panen diserap
supermarket, sedangkan yang 25 persen
dibeli pedagang grosir. Pengangkutan barang ke tempat pembeli juga tidak menemui
persoalan. “Mereka sendiri yang datang ke sini,” katanya.
(Sumber: Tema & Tokoh, http://teladan-tokoh.blogspot.com/2017/08/kiat-mengubah-teks-wawancara-menjadi.html,
Jumat, 11 Agustus 2017)
No comments:
Post a Comment