Sumber: www.viva.co.id |
Mengembangkan
potensi untuk meraih prestasi bukanlah usaha yang mudah dan sederhana. Dalam
praktiknya, akan ditemui banyak kendala atau hambatan. Kian tinggi prestasi
yang hendak diraih, makin besar pula hambatan yang biasanya menghadang.
Mengatasi hambatan akan menjadi usaha lain yang harus dilakukan dalam upaya
keseluruhan meraih prestasi.
Hambatan
dalam pengembangan potensi akan bersifat internal dan eksternal. Hambatan
internal adalah hambatan yang muncul dari dalam diri sendiri, sedangkan
hambatan eksternal muncul dari lingkungan sekitar. Kedua hambatan ini memiliki
bentuk dan sifat yang berbeda.
1. Hambatan dari Diri Sendiri
Apakah
Anda pernah atau sering merasa malas, takut, cemas, bimbang, atau rendah diri
saat akan melakukan sesuatu? Apakah kita selamanya akan merasa berambisi,
tegar, dan yakin saat akan memulai kegiatan? Dapatkah kita selalu konsisten
untuk merasa optimis bahwa kita akan mampu dan sukses dalam mewujudkan sesuatu?
Kiranya
hampir tidak ada orang yang selamanya mampu bersikap optimis saat hendak
memulai pekerjaan atau kegiatan. Merasa bimbang atau khawatir saat akan
melakukan sesuatu adalah keadaan yang wajar dan manusiawi. Semua manusia pernah
mengalaminya karena semua manusia pada dasarnya memiliki kelemahan.
Akan
tetapi, itulah yang namanya hambatan yang muncul dari diri sendiri. Hambatan
seperti itu datang dari dalam perasaan sendiri dan sering muncul tanpa alasan
yang jelas. Perasaan enggan, cemas, tidak percaya diri, pesimis, dan sejenisnya
mungkin saja muncul akibat adanya saingan yang berat, tidak adanya pendamping
yang berkompeten, sulitnya tantangan yang dihadapi, dan sebagai-nya.
Namun,
perasaan-perasaan negatif itu sebenarnya lebih merupakan bayangan semu karena
sebelum kita terjun langsung dalam kancah persaingan, kita tidak akan pernah
tahu keadaan yang sesungguhnya. Hambatan seperti itu memang seringkali muncul
tanpa dikehendaki. Hambatan ini tidak boleh dibiarkan terus-menerus datang
mengganggu, tetapi harus diatasi (dihilangkan) jika kita menginginkan prestasi
tinggi.
Bentuk
hambatan lain yang dapat muncul dari dalam diri sendiri ialah perasaan melihat
kemampuan diri yang terlalu tinggi. Kemampuan diri sendiri dinilai begitu besar
dan tinggi sehingga apa yang akan dihadapi seolah-olah akan mudah ditaklukkan.
Hal ini akan menimbulkan optimisme yang berlebihan, sikap arogan (congkak atau
sombong), serta terlalu menganggap remeh orang lain dan tantangan yang akan
dihadapi. Perasaan seperti ini jelas menjadi hambatan yang harus dikikis karena
tidak akan dapat mendukung terwujudnya prestasi.
Optimisme
berlebihan serta mengaggap dan menilai kemampuan diri begitu tinggi dan di atas
orang lain biasanya terjadi pada seseorang yang pernah mengenyam prestasi
tertentu. Pernah mencapai prestasi tertentu dengan mengalahkan para pesaing
menyebabkan munculnya perasaan superior sehingga seolah-olah tidak ada orang
yang dapat menandinginya lagi. Apalagi jika prestasi tersebut dapat diraih
beberapa kali sekaligus, perasaan superior
itu dapat muncul lebih kuat lagi –– padahal, bisa jadi, masih banyak
orang lain yang kemampuan dan prestasinya lebih tinggi tidak mengikuti
persaingan yang dimaksud.
2. Hambatan dari Lingkungan
Apakah kehidupan di sekeliling kita senantiasa
sejalan dengan keinginan kita? Mungkinkah kehidupan di sekitar rumah selalu
memberi manfaat bagi upaya kita dalam mencapai sesuatu? Benarkah semua yang ada
di dalam rumah kita dapat menolong kita dalam meraih keinginan? Benarkah pula
pendidikan yang kita ikuti setiap hari selamanya dapat diandalkan memberi
dukungan bagi pencapaian prestasi?
Lingkungan,
yakni kehidupan di sekeliling kita, tidak selalu memberi pengaruh positif
terhadap upaya meraih prestasi. Lingkungan memang dapat menjadi pendukung
pencapaian prestasi. Akan tetapi, banyak
kasus menunjukkan bahwa lingkungan seringkali menjadi sumber datangnya
hambatan. Televisi, misalnya, setiap hari menggoda kita untuk terus-menerus
menontonnya hingga dapat menjadikan kita lalai untuk belajar dan berlatih.
Hiruk-pikuk kehidupan di sekitar rumah dan sekolah juga sering membuat kita
sulit untuk fokus dan berkonsentrasi. Bahkan, pendidikan di sekolah yang biasa
kita ikuti pun kadang ada yang tidak sesuai dengan upaya menumbuhkan semangat
berprestasi.
Rumah,
sekolah, dan kampung kadang mendatangkan hambatan yang tidak kita duga. Sikap
teman, guru, tetangga, bahkan juga orang tua dan saudara kadang tidak seperti
yang diharapkan. Misalnya saja, anak gadis dari kalangan masyarakat adat
tertentu kurang mendapat dukungan semestinya dari keluarga untuk meraih
prestasi tertentu –– dalam bidang pendidikan, kesenian, olahraga, dan
sebagainya –– hanya karena tradisi adat menganggap perempuan lebih pantas
berada dan beraktivitas di dapur.
Semua
itu adalah hambatan yang datang dari lingkungan. Hambatan dari lingkungan
tampaknya akan selalu ada. Hambatan dari lingkungan sangat sulit untuk
dihilangkan sepenuhnya karena melibatkan banyak sekali faktor yang berada di
luar diri kita. Oleh karena itulah, kita dituntut untuk cerdik menghadapinya.
Biarpun sangat sulit untuk dilenyapkan sama sekali, hambatan dari lingkungan
dapat dinetralisasi jika kita pandai menghadapinya. Kuncinya adalah kita harus
tegas dalam pendirian dan teguh memegang prinsip sehingga tidak mudah
terpengaruh oleh keadaan.
Selain
itu, kita juga harus pandai meyakinkan bahwa prestasi yang akan kita capai
tidak akan mencederai tatanan dan nilai-nilai kehidupan yang berlaku di sekitar
kehidupan kita. Sebaliknya, prestasi tersebut justru akan memperkuat tatanan
dan nilai-nilai yang dimaksud. Prestasi dalam bidang apa pun, selama itu
positif (tidak bertentangan dengan norma), pada hakikatnya tidak akan
mengganggu tatanan dan nilai-nilai kehidupan, melainkan akan turut
memperkukuhnya serta mengangkat derajat dan mengharumkan nama masyarakat
setempat.
(Sumber:
Sadah Siti, http://caraelok.blogspot.com/search/label/Pengembangan%20Potensi)
No comments:
Post a Comment