Thursday, September 27, 2018

Meraih Prestasi melalui Kegiatan Tulis-Menulis (Mengarang)

Sumber: anangku.blogspot.com


Bidang tulis-menulis atau mengarang membutuhkan ketajaman pikiran, keluasan wawasan, dan kemampuan menuangkan ide secara tertulis. Khusus untuk menulis karya fiksi, seperti puisi, cerita pendek, dan novel, dibutuhkan juga kepekaan terhadap keindahan dan nilai-nilai kemanusiaan. Dibandingkan dengan olahraga dan kesenian, tulis-menulis memang mungkin kurang diminati oleh anak muda dan remaja. Namun, dalam beberapa tahun terakhir ini mulai ada gejala minat membaca dan menulis di kalangan remaja menunjukkan peningkatan.
Kegemaran atau kebiasaan menulis sangat baik untuk mengasah ketajaman pikiran dan perasaan serta kepekaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Menulis juga sangat baik untuk meningkatkan wawasan dan kecerdasan. Orang yang gemar menulis biasanya akan gemar membaca dan mengamati. Mengapa demikian? Hal ini karena untuk tulisan-tulisan yang akan dibuatnya dia membutuhkan bahan berupa pengetahuan, data, atau fakta.
Menulis dapat menjadi ajang meraih prestasi. Prestasi yang dapat diraih melalui kegiatan menulis bahkan bisa sangat prestisius (bergengsi tinggi). Dengan menulis karya fiksi, seseorang dapat meraih hadiah Nobel untuk bidang sastra. Para penulis yang berprestasi tinggi, yakni yang karyanya diakui bermutu tinggi dan sangat bermanfaat bagi kemanusiaan, baik di dunia maupun di Indonesia, banyak mendapat penghargaan dan penghormatan tinggi dari masyarakat dan negara.
Seperti halnya olahraga dan kesenian, menulis juga membutuhkan potensi. Untuk mencapai kemampuan menulis yang baik, diperlukan pengembangan potensi menulis secara tepat. Upaya yang lazim untuk mengembangkan potensi menulis ialah membaca, mengamati, meneliti, dan berlatih menuangkan gagasan secara tertulis dengan rajin, teratur, disiplin, dan berkesinambungan.
Tidak sedikit penulis sastra Indonesia yang telah mendapat penghargaan bergengsi di tingkat internasional serta mengharumkan nama Indonesia di forum dunia. Penulis-penulis tersebut, antara lain, Budi Darma, Goenawan Mohamad, Y.B. Mangunwijaya, Rendra, Pramudya Ananta Toer, Putu Wijaya, N.H. Dini, Andrea Hirata, dan Wiji Thukul. Selain mendapat penghargaan, sebagian karya mereka juga diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing (seperti bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Jepang, dan Belanda).


Meraih Prestasi melalui Olahraga

Sumber: de.123rf.com

Olahraga dapat ditekuni untuk berbagai keperluan. Masyarakat umumnya menggeluti olahraga untuk memperoleh kebugaran dan kesehatan tubuh serta menyalurkan hobi. Sebagian lagi menekuninya untuk mengembangkan potensi dan mengejar prestasi. Di antara mereka yang menggeluti olahraga sebagai ajang meraih prestasi, ada yang menjadikannya sebagai mata pencaharian dengan menjadi atlet profesional.
Olahraga lebih banyak membutuhkan kekuatan, ketahanan, dan kelincahan fisik walaupun pada zaman modern sekarang ini olahraga juga mulai memerlukan kecerdasan otak. Mereka yang berprestasi dalam bidang ini umumnya memiliki fisik yang bugar, kuat, lentur, dan gesit. Oleh sebab itu, remaja yang memiliki fisik kuat serta secara potensi memiliki bakat kelincahan gerak dapat menjadikan olahraga untuk mengembangkan potensi dan meraih prestasi.
Saat ini ada banyak sekali cabang olahraga yang dapat Anda tekuni. Jika Anda memiliki potensi dalam bidang ini, Anda perlu mengetahui lebih khusus potensi Anda berdasarkan cabang yang ada sebab tidak mungkin Anda memiliki potensi dalam semua cabang olahraga. Setelah mengetahui secara pasti cabang yang menjadi potensi Anda, Anda dapat mengembangkannya melalui latihan yang rutin, teratur, dan berkesinambungan.
Latihan juga harus dilakukan dengan benar, terarah, dan disiplin serta diikuti dengan banyak melakukan pertandingan uji coba. Untuk keperluan itu, Anda dapat menggabungkan diri ke dalam klub yang ada di daerah Anda. Klub biasanya memiliki sarana latihan yang lebih lengkap serta memiliki pelatih khusus sehingga setiap anggota klub dapat berlatih dan mendapat bimbingan secara terprogram dan tepat.
Berbagai turnamen atau kejuaraan olahraga di tingkat lokal, nasional, dan internasional bisa dijadikan ajang untuk meraih prestasi. Ada kejuaraan-kejuaraan khusus cabang olahraga tertentu yang diadakan secara berkala, seperti kejuaraan daerah renang, kejuaraan nasional bulu tangkis, dan kejuaraan dunia sepak bola (Piala Dunia). Selain itu, ada pula pesta olahraga yang mempertandingkan atau memperlombakan berbagai cabang olahraga (multievent) di berbagai level, seperti Pekan Olahraga Daerah (Porda), Pekan Olahraga Nasional (PON), SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade.
Berbagai turnamen atau kejuaraan itu telah melahirkan para juara. Para atlet Indonesia biasanya dapat mengukir prestasi dalam kejuaraan olahraga melalui cara yang berjenjang. Dimulai dari menjadi juara di tingkat daerah, mereka menjadi juara di tingkat nasional dan kemudian di tingkat internasional. Nama-nama atlet termasyhur Indonesia yang telah mengukir prestasi tinggi dan turut mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional, misalnya, Rudy Hartono, Liem Swie King, Icuk Sugiarto, Taufik Hidayat, Ivana Lie, Ferawati Fajrin, dan Susi Susanti melalui cabang bulu tangkis; Yustedjo Tarik, Yayuk Basuki, dan Angelique Widjaya (tenis); Ardiansyah, Utut Adianto, dan Cerdas Barus (catur); Ellyas Pical dan Chris John (tinju); Rio Haryanto (balap mobil F-1); Aries Susanti Rahayu (panjat tebing); dan Lalu Muhammad Zohri (atletik).
Untuk masa-masa yang akan datang, para atlet Indonesia masih memiliki peluang besar untuk menjadi juara di tingkat internasional. Dalam cabang-cabang yang secara tradisional kuat, para atlet kita masih diperhitungkan dan disegani. Misalnya, dalam cabang bulu tangkis, pencak silat, dan tinju, para atlet kita beberapa kali masih mampu menjadi juara di berbagai event  internasional.
Nah, para remaja yang memiliki minat dan bakat dalam bidang olahraga, memiliki kesempatan luas untuk mengukir prestasi demi mengharumkan nama bangsa dan negara. Pada dasarnya, setiap atlet memiliki kesempatan untuk menjadi juara olahraga. Kuncinya, antara lain, memiliki tekat dan kemauan yang kuat, tekun dan disiplin dalam berlatih, tidak mudah menyerah dan putus asa, serta rajin mengikuti pertandingan atau kejuaraan.

Meraih Prestasi melalui Kegiatan Kesenian

Sumber: annualreport.id

Agak berbeda dengan olahraga yang ditekuni banyak orang untuk tujuan prestasi, kesenian umumnya ditekuni masyarakat bukan dengan tujuan utama meraih prestasi dalam arti mendapatkan juara melalui pertandingan atau perlombaan. Masyarakat umumnya menekuni kesenian sebagai hobi, penyaluran potensi, ekspresi diri, dan lahan mencari rezeki (mata pencaharian). Lomba atau festival kesenian jauh lebih jarang diadakan –– terutama di tingkat nasional dan internasional –– dibandingkan dengan lomba dan pertandingan olahraga.
Akan tetapi, kesenian tetap dapat menjadi ajang untuk mengukir prestasi. Lewat lomba dan festival, biarpun agak jarang dilakukan, kita dapat mencoba mengejar prestasi. Melalui pengabdian dalam kesenian yang serius dan konsisten, kita juga dapat memperoleh pengakuan dan apresiasi (penghargaan).
Para seniman yang karyanya dinilai unggul dan berguna bagi masyarakat seringkali mendapat penghargaan dalam berbagai bentuk dari masyarakat dan negara. Penghargaan biasanya diberikan bukan lewat ajang lomba atau festival, melainkan diberikan secara sukarela sebagai bentuk pengakuan dan tanda terima kasih. Lewat karya-karya yang bermutu tinggi, banyak juga seniman yang namanya menjadi termasyhur dan abadi –– di kancah nasional maupun internasional.
Kesenian umumnya lebih membutuhkan kepekaan perasaan dan keindahan. Mereka yang menekuni kesenian dituntut untuk memiliki kepekaan perasaan dan keindahan. Akan tetapi, jenis kesenian tertentu, seperti tari, teater, dan film, juga membutuhkan kesiapan dan kegesitan tubuh.
Ada banyak jenis kesenian yang dapat ditekuni oleh para remaja. Para remaja yang memiliki potensi seni dapat menjadikan salah satu atau beberapa jenis seni yang sesuai potensinya masing-masing sebagai ajang untuk mengukir prestasi. Untuk mencapai kecakapan yang tinggi dalam seni, dibutuhkan kerja keras dalam bentuk latihan yang rajin, tekun, disiplin, teratur, dan berkesinambungan.
Cabang-cabang kesenian yang dapat Anda tekuni, antara lain, seni musik, tari, teater (drama), lukis, patung, film, grafis, dan instalasi. Melalui cabang-cabang seni ini, Anda dapat mengekspresikan diri serta menghasilkan karya-karya yang berguna bagi masyarakat. Karya seni merupakan media atau alat untuk menyampaikan pikiran dan perasaan sekaligus juga koreksi dan kritik.
Dengan berkarya seni, Anda dapat mengharumkan nama bangsa dan negara serta  dapat  menghibur dan memberi pencerahan kepada masyarakat. Para seniman terkenal di dunia telah mengangkat reputasi negara dan bangsa asalnya serta berjasa memberikan hiburan dan nilai-nilai estetika (keindahan). Beberapa seniman Indonesia yang cukup terkenal di dunia internasional, antara lain, Raden Saleh, Affandi, dan Hendra Gunawan (seni rupa); Rendra, Putu Wijaya, Teguh Karya, Garin Nugroho, dan Christine Hakim (teater dan film); Pramudya Ananta Toer, Rendra, Goenawan Mohamad, dan Budi Darma (sastra); Gesang, Jack Lesmana, Tri Utami, dan Waljinah (musik); serta Sardono W. Kusumo, Retno Maruti, dan Boy G. Sakti (tari).

Meraih Prestasi melalui Hobi

Sumber: agung-id.blogspot.com

Semua orang mempunyai hobi atau kegemaran. Tentunya Anda juga mempunyai hobi, bukan? Apa hobi Anda? Bagaimana cara Anda menekuni hobi selama ini? Apakah Anda pernah meraih prestasi tertentu dari kegiatan menekuni hobi tersebut?
Hobi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Sebagai aktivitas, hobi merupakan bentuk penyaluran hasrat atau keinginan yang menyehatkan bagi manusia. Hobi dilakukan untuk berbagai maksud, tujuan, atau keperluan.  Ada hobi yang dilakukan untuk menyalurkan bakat, ada yang dilakukan untuk mengisi waktu luang, ada yang dilakukan untuk menjaga kondisi tubuh (menjaga kesehatan), ada yang dikerjakan sekaligus sebagai mata pencaharian, dan sebagainya.
Ada banyak sekali hobi yang dapat kita tekuni. Misalnya saja, membaca, menulis, fotografi, bermain musik, mancing, beburu, berselancar, hiking, camping, mendaki gunung, koleksi prangko (filateli), berkebun, bertaman, traveling, dan memelihara hewan. Hobi-hobi ini dapat dilakukan dengan berbagai pola dan variasi.
Perlu kita ketahui bahwa menekuni hobi dapat menjadi langkah permulaan dalam menggapai prestasi. Tak sedikit orang meraih prestasi tinggi di tingkat nasional dan internasional berawal dari menekuni hobi. Pada awalnya hobi dilakukan sekadar untuk mengisi waktu luang atau menjaga kesehatan tubuh. Namun, lama-kelamaan, kegiatan itu menjadi aktivitas yang ajek, terpola, dan terprogram dengan baik. Oleh karena terpola dan terprogram, hobi bisa terbentuk menjadi kecakapan (skill) yang mantap dan kompetitif (siap dilombakan/dipertandingkan).
Dari sekadar kegiatan mengisi waktu luang atau menjaga kondisi tubuh, hobi pun kemudian dapat menjelma menjadi profesi atau pekerjaan utama. Orang yang menekuni kegiatan tertentu sebagai hobi atau sampingan biasanya disebut sebagai (seorang) amatir. Adapun sebutan profesional lazim diberikan kepada orang yang menekuni kegiatan tertentu sebagai kegiatan pokok/utama untuk mata pencaharian dalam mempertahankan hidup. Nah, melalui kegiatan menekuni hobi, seorang yang semula amatir dapat berubah menjadi profesional yang berkemampuan tinggi jika hobi itu ditekuni secara terus-menerus dan sistematis.
Hobi cocok sekali ditekuni oleh pelajar atau remaja. Remaja berusia belasan tahun masih memiliki kesempatan dan masa depan yang panjang sehingga mempunyai banyak waktu untuk mengembangkan hobi menjadi prestasi. Anda tidak perlu terburu-buru untuk menjadkan hobi sebagai wahana untuk meraih prestasi. Yang penting, Anda perlu melakukan hobi Anda dengan serius, tekun, teratur, ajek, dan berkesinambungan agar hobi itu lambat laun dapat berkembang menjadi kecakapan/keterampilan.

Meraih Prestasi dalam Pelajaran Sekolah

Sumber: smait.aluswahsby.sch.id


Sebagai pelajar, kegiatan utamamu sehari-hari adalah mengikuti pendidikan di bangku sekolah. Di sekolah kamu mempelajari bermacam-macam mata pelajaran. Tujuan utama belajar di sekolah tidak lain adalah mendapatkan ilmu pengetahuan sebagai bekal penting untuk menghadapi kehidupan pada masa depan.
Namun, kegiatan mempelajari berbagai macam bidang studi di sekolah juga dapat menjadi arena untuk meraih prestasi. Prestasi yang dapat diraih biasanya adalah mendapatkan nilai tertinggi di kelas dan sekolah serta antarsekolah di wilayah tertentu. Berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai tinggi atau tertinggi dalam mata pelajaran sekolah adalah hal yang sangat baik bagi pelajar karena akan menanamkan kebiasaan bersaing secara sehat serta memacu kemauan dan semangat belajar.
Hal terpenting dari persaingan untuk mendapatkan nilai tinggi atau tertinggi dalam pelajaran sekolah bukan diraihnya predikat juara. Menjadi juara memang penting, tetapi bukan yang terpenting. Yang terpenting dari semua itu ialah dengan bersaing dan berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai tinggi atau tertinggi, kita akan termotivasi untuk menekuni pelajaran sekolah dengan rajin, ulet, dan teratur sehingga jika tidak menjadi juara kelas atau juara sekolah pun kita tetap dapat menjadi pribadi yang pandai.
Kepandaian itulah yang kelak akan memberikan banyak sekali manfaat. Dengan pandai, kita menguasai banyak ilmu. Ilmu akan menjadi bekal yang sangat menentukan dalam mengarungi kehidupan masa mendatang. Dengan menguasai ilmu, selain lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan mata pencaharian, kita juga akan menjadi orang yang bijaksana dan cerdik dalam mengatasi berbagai hambatan dan tantangan hidup.
Dengan berilmu, kita juga akan relatif lebih mudah dalam meraih prestasi dalam berbagai bidang kehidupan. Prestasi dalam bidang-bidang penting yang menentukan nasib kehidupan fisik orang banyak, seperti teknologi, ekonomi, dan pertanian, tidak mungkin diraih jika kita tidak berilmu. Prestasi dalam bidang lain yang turut menentukan nasib kehidupan spiritual masyarakat, seperti seni dan sastra, juga sulit diraih jika kita tidak berilmu sebab seni dan sastra pun sangat memerlukan dukungan ilmu.
Ilmu yang kita miliki akan turut menentukan kehidupan masyarakat dan bangsa. Jika sebagian besar dari kita merupakan orang-orang yang berilmu, kita akan menjadi masyarakat dan bangsa yang berilmu. Jika masyarakat dan bangsa kita berilmu, maka masyarakat dan bangsa kita akan memiliki keunggulan di hadapan bangsa-bangsa lain.

Thursday, September 20, 2018

Budi Darma, Sastrawan Pembaharu Prosa Indonesia

Budi Darma (Sumber: Wikipedia)
Oleh Zamroni Sw.

    Budi Darma lahir di Rembang, Jawa Tengah,
pada 25 April 1937. Ia adalah anak keempat dari enam bersaudara (semuanya laki-laki). Budi Darma menghabiskan masa kecil dan remajanya di berbagai kota di Pulau Jawa seperti Semarang, Yogyakarta, Salatiga, Jombang, Kendal, dan Bandung karena mengikuti ayahnya yang bekerja berpindah-pindah sebagai pegawai kantor (jawatan) pos.
Kedua orang tua Budi Darma berasal dari Rembang. Ayahnya bernama Munandar Darmowidagdo (kelahiran tahun 1900) dan ibunya bernama Sri Kunmaryati (kelahiran tahun 1909). Budi Darma menikah dengan Sitaresmi (kelahiran 7 September 1938) pada tahun 1968. Mereka dikaruniai tiga orang putra, yakni Diana (kelahiran 15 Mei 1969), Guritno (4 Februari 1972), dan Hananto Widodo (3 Juni 1974).
Budi Darma menyelesaikan pendidikan sekolah dasar tahun 1950 di Kudus, merampungkan pendidikan menengah pertama tahun 1953 di Salatiga, serta menuntaskan pendidikan menengah atas tahun 1956 (Wikipedia menyebutnya tahun 1957) di Semarang. Setamat sekolah menengah atas, ia melanjutkan studi ke Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia menyelesaikan pendidikan tingginya ini pada tahun 1963.
Setamat dari UGM, Budi Darma bekerja sebagai dosen di Jurusan Bahasa Inggris IKIP Surabaya — sekarang Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Pekerjaan ini ia jalani sejak tahun 1963 hingga sekarang. Dalam perjalanan kariernya sebagai dosen Universitas Negeri Surabaya/IKIP Surabaya, ia pernah menjabat Ketua Jurusan Sastra Inggris (1966—1970 dan 1980—1984), Dekan Fakultas Keguruan Sastra dan Seni (1963—1966 dan 1970—1974), serta Rektor IKIP Surabaya (1984—1988). Kini Budi Darma menjadi guru besar (profesor) di Universitas Negeri Surabaya. Selain mengajar di perguruan tinggi di Surabaya ini, ia juga mengajar di sejumlah universitas luar negeri.
Budi Darma meraih gelar Master of Arts in English Creative Writing pada 1975 di Universitas Indiana, Amerika Serikat. Ia kuliah di universitas yang berbasis di Kota Bloomington, Indiana, ini dengan biaya beasiswa. Dengan beasiswa dari The Ford Foundation, ia kemudian menyelesaikan pendidikan doktornya (Doctor of Philosophy) di universitas yang sama pada tahun 1980. Setelah meraih gelar doktor, Budi Darma menjadi visiting associate research di Universitas Indiana. Pada tahun 1967, selama tiga bulan, ia mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, Amerika Serikat. Pada tahun 1970 —1971, ia juga mendapat beasiswa dari East West Centre untuk menempuh studi nirgelar mengenai basic humanities 'ilmu budaya dasar' di Universitas Hawaii, Honolulu, Amerika Serikat.
Pembaharu Prosa Indonesia
Budi Darma mulai aktif dan produktif menulis sejak tahun 1968/1969. Selain dalam bahasa Indonesia, ia juga menulis dalam bahasa Inggris. Tulisan-tulisannya berupa cerpen, novel, esai, dan makalah. Selain antologi cerpen Kritikus Adinan (2002), hingga kini sejumlah buku karyanya telah terbit; antara lain, Olenka (novel, 1983), Rafilus (novel, 1998), Ny. Talis (novel, 1996), Orang-Orang Bloomington (kumpulan cerpen, 1981), Solilokui (kumpulan esai, 1983), Sejumlah Esai Sastra (kumpulan esai, 1984), Harmonium (kumpulan esai, 1995), Fofo dan Senggring (kumpulan esai, 2005), serta sebuah karya terjemahan (The Legacy  karya Intsi V. Himanyunga, 1996). Karya lainnya adalah  Modern Literature of ASEAN (Editor Kepala, 2000) dan Kumpulan Esai Sastra ASEAN (ASEAN Committee on Culture and Information). Adapun buku-buku nonsastra yang dihasilkannya, antara lain, Sejarah 10 November 1945 (Pemda Jatim, 1987) dan Culture in Surabaya (IKIP Surabaya, 1992).
Cerpen-cerpennya dimuat di majalah sastra Horison, harian Kompas (edisi Minggu), serta buku Kumpulan Cerpen Terbaik pilihan Kompas. Esai-esainya yang menggugah juga dimuat di Horison dan Kompas. Beberapa cerita pendeknya yang ditulis dalam bahasa Inggris dimuat di berbagai media massa yang terbit di Indiana, Bloomington. Tulisan-tulisan lainnya dimuat di beberapa majalah, antara lain, Budaja (Yogyakarta), Basis (Yogyakarta), Gama (Yogyakarta), Gadjah Mada (Yogyakarta), Gema Mahasiswa (Yogyakarta), Contact (Yogyakarta), Tjerita (Jakarta), Indonesia (Jakarta), Roman (Jakarta), Forum (Jakarta), dan Gelora (Surabaya), serta surat kabar Berita Nasional (Yogyakarta), Minggu Pagi (Yogyakarta), Kontak (Surabaya), Jawa Pos (Surabaya), dan Tanah Air (Semarang).
 
Novel Olenka (Sumber: Tokopedia)
Nama Budi Darma mulai melejit dan dikenal luas di dunia sastra sejak menerbitkan sejumlah cerita pendek absurd di majalah sastra Horison pada 1970-an. Semasa
tinggal di Kota Bloomington, ia menulis delapan cerita pendek yang kemudian terbit dalam buku kumpulan cerpen Orang-Orang Bloomington (1980) serta novel Olenka (1983). Cerpen “Orang-Orang Bloomington” meraih penghargaan SEA Write Award dari pemerintah Thailand (1984). Olenka yang diterbitkan oleh Balai Pustaka mendapat sambutan positif dan luas dari para kritikus, pengamat, dan penikmat sastra. Novel yang ditulis pada akhir tahun 1979 ini dianggap membawa pembaruan dalam teknik penceritaan. Berbagai penghargaan diraih Budi Darma melalui Olenka. Olenka menjadi pemenang pertama Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta (1980). Olenka juga mendapat hadiah Sastra Dewan Kesenian Jakarta (1983). Setahun kemudian (1984), Olenka pun meraih Hadiah Sastra ASEAN (SEA Write Award).
Karya-karya prosa Budi Darma (cerpen dan novel) mendapat pembahasan dalam bab tersendiri dalam buku karangan kritikus satra, A. Teeuw, Modern Indonesian Literature (Jilid 2). Cerpen Budi Darma yang dimuat Horison, “Sang Anak” oleh Satyagaraha Hoerip dimasukkan ke dalam antologi Cerita Pendek Indonesia (Jilid 3). Cerpennya yang berjudul Laki-Laki Pemanggul Goniterpilih menjadi cerpen terbaik harian Kompas untuk tahun 2012, sedangkan cerpen lainnya, Derabat, dijadikan judul buku Kumpulan Cerita Pendek Terbaik Kompas tahun 1999 serta Budi Darma dinobatkan sebagai penulis cerita pendek yang setia hingga usia senja. Dua cerita pendeknya ditransformasi dalam bentuk drama, yaitu Orez(yang dipentaskan mahasiswa ISI Yogyakarta) dan Kritikus Adinan(dipentaskan mahasiswa STSI Bandung).
Kontribusi Budi Darma bagi kemajuan sastra dianggap sangat besar. Karya-karya cerpen dan novelnya membawa perubahan baru dalam teknik bercerita dan penokohan, yang kemudian mempengaruhi banyak cerpenis dan novelis Indonesia yang muncul sesudahnya. Teknik penceritaan yang dilakukan Budi Darma kerap dianggap sebagai teknik kolase, sedangkan tokoh-tokoh yang ditampilkannya tidak jarang memiliki karakter aneh atau absurd. Bersama Iwan Simatupang, Putu Wijaya, dan Danarto, ia seringkali dikategorikan sebagai pembaharu kesusastraan modern Indonesia untuk genre prosa.
Budi Darma memiliki kecepatan yang menakjubkan dalam menulis cerpen atau novel. Ia sudah terbiasa menulis tanpa perencanaan lebih dahulu. Novel Olenka yang meraih berbagai penghargaan itu, misalnya, diselesaikannya hanya dalam waktu tiga pekan. Dalam sebuah wawancara dengan jurnal Prosa (2003), ia mengatakan, “Saya menulis tanpa saya rencanakan, dan juga tanpa draft. Andaikata menulis dapat disamakan dengan bertempur, saya hanya mengikuti mood, tanpa menggariskan strategi, tanpa pula merinci taktik. Di belakang mood, sementara itu, ada obsesi.”
Tokoh Berprestasi
Selama kuliah di Amerika Serikat, Budi Darma masuk dalam kategori mahasiswa yang berprestasi sehingga namanya diabadikan dalam  Who's Who in The World (1982/1983). Ia terdaftar sebagai anggota Modern Language Association (MLA), New York, untuk periode 1977­—1990. Namanya juga tercantum dalam buku  Ensiklopedi Pengarang Indonesia. Saat lulus pendidikan S-1 dari Fakultas Sastra dan Budaya UGM, ia meraih penghargaan Bintang Wisuda Bhakti sebagai wisudawan terbaik.
Budi Darma dinyatakan sebagai warga Surabaya berprestasi dalam bidang kesusastraan selama dua kali berturut-turut, yakni tahun 1987 dan 1988, oleh Walikota Surabaya, Purnomo Kasidi. Tahun 2004, dia mendapatkan penghargaan warga berprestasi seni oleh gubernur Jawa Timur. Pada tahun 1993, ia mendapat penghargaan Anugerah Seni Pemerintah RI.
Sebagai sastrawan, akademisi, dan intelektual, Budi Darma kerap didaulat untuk memberikan ceramah, mengajar, dan menguji calon sarjana atau doktor sastra baik di dalam maupun luar negeri. Tak jarang pula ia mendapat undangan untuk melakukan riset, khususnya tentang sastra Inggris atau Amerika. Di tengah kesibukannya, ia tercatat sebagai chief editor untuk  Modern Literature of ASEAN (2000) yang diterbitkaan oleh COCI (Committee on Cultural Information) ASEAN. Buku ini membahas perkembangan kesusastraan di beberapa negara ASEAN, yakni Indonesia, Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, Filipina, Singapura, dan Vietnam. Budi Darma pernah mengisi program siaran sastra dan budaya di RRI (Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya) dan TVRI (Surabaya).
Dalam kerja sama Mastera (Majelis Sastra Asia Tenggara), Budi Darma beberapa kali menjadi pembimbing cerpenis, esais, dan novelis muda dari Brunei Darussalam, Indonesia, dan Malaysia dalam Program Penulisan Mastera (1998, 1999, 2000, 2003, 2004, 2005, 2008). Ia pernah ditunjuk sebagai pakar kesusastraan bandingan dalam keanggotaan pakar Mastera Indonesia. Pria yang dikenal ramah dan santun ini juga terlibat dalam pembimbingan berbagai lokakarya dan penataran sastra bagi pegawai Pusat Bahasa dan dosen muda dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang diadakan oleh Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.
Budi Darma dikenal sebagai tokoh yang memiliki wawasan yang luas karena kegemarannya membaca dan menulis. Sastrawan kreatif ini memiliki kegemaran membaca sejak remaja. Saat duduk di bangku SMP di Salatiga, ia sudah banyak membaca buku-buku sastra Indonesia dan asing. Di perpustakaan pemerintah Salatiga ia sering mengisi waktu luangnya dengan melahap karya-karya Idrus, Merari Siregar, Suman Hs., dan sebagainya. Dengan kemampuan bahasa Inggris yang masih pas-pasan, ia juga membaca karya-karya Karl May, Hector Malot, Alexander Dumas, dan sebagainya. Kisah dalam salah satu cerpen Rusia (berbahasa Inggris) yang berjudul “The Darling” sedikit banyak juga memiliki hubungan dengan tokoh Olenka dalam novel Olenka.
Kegemaran membaca Budi Darma diperkirakan ditularkan oleh ibunya, yang memiliki tradisi membaca yang baik untuk ukuran zamannya. Literatur yang banyak dibaca ibunya adalah cerita wayang dan mitologi Jawa. Di samping itu, ketika kuliah di UGM, Budi Darma tinggal di rumah pamannya yang menjadi dosen dan ahli hukum, yakni Prof. Mr. Notosusanto (ayah Nugroho Notosusanto sastrawan, sejarawan, dan mantan menteri pendidikan dan kebudayaan). Diskusi ilmiah yang sering dilakukan dengan pamannya turut membuka dan memperluas cakrawala keilmuan Budi Darma.

Monday, September 17, 2018

Sikap Penting dalam Meraih Prestasi

Sumber: de.123rf.com
Selain harus dilakukan sesuai dengan potensi, usaha meraih prestasi juga harus dibarengi dengan langkah-langkah pengembagan potensi yang tepat. Untuk meraih prestasi, potensi harus dikembangkan. Secara umum, pengembangan potensi harus dilakukan dengan cara belajar, berlatih, dan mempraktikkan secara teratur, berkesinambungan, tekun, dan ulet. Menurut para pakar, bakat atau potensi hanya berperan sekitar 10 persen saja dalam membantu seseorang meraih prestasi, sedangkan selebihnya (90 persen) ditentukan oleh usaha belajar, berlatih, dan kerja keras. Bahkan ada ahli dan praktisi yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi bakat sebenarnya hanya berperan 1 persen, adapun yang 99 persen ditentukan oleh usaha, kerja keras, dan doa.
Usaha pengembangan potensi untuk meraih prestasi juga membutuhkan beberapa sikap yang positif. Sikap positif yang dimaksud adalah sikap yang bersifat mendukung terwujudnya prestasi. Sikap ini harus ditumbuhkan karena usaha meraih prestasi umumnya tidak selalu berjalan mulus dan menghasilkan sukses. Sikap positif penting yang diperlukan, antara lain, optimis, berpikir dan berperasaan positif, disiplin, tidak lekas puas dengan hasil yang dicapai, tidak mudah menyerah, berani mengambil risiko, dan belajar dari pengalaman.
1.  Optimis
Setiap hendak melakukan sesuatu, terutama melakukan usaha memperbaiki nasib atau keadaan diri, kita disarankan untuk bersikap optimis. Nilai-nilai atau ajaran agama menyarankan kita untuk optimis: bahwa kita mempunyai peluang yang baik untuk mendapatkan hal yang positif jika kita berdoa pada Tuhan dan percaya akan pertolongan-Nya. Optimisme akan menjadikan kita tetap mempunyai pengharapan yang baik akan hal yang kita lakukan.
Apakah yang disebut optimisme? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 801), optimisme  adalah keyakinan atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan. Optimisme juga dapat diartikan sikap yang senantiasa mempunyai harapan baik dalam segala hal. Dengan pengertian dan sifatnya yang demikian, sikap optimis sangat dibutuhkan oleh setiap orang dalam melakukan berbagai aktivitas, termasuk meraih prestasi.
Sikap optimis akan menjaga kita untuk tetap berada pada jalur usaha mencapai prestasi. Dengan bersikap optimis, langkah-langkah kita akan tertuju pada prestasi yang sudah kita tetapkan sekaligus kita terpacu untuk berusaha untuk mencapai prestasi tersebut. Sebaliknya, tanpa sikap optimis, kita tidak akan memiliki pengharapan untuk mendapatkan prestasi sehingga usaha untuk mencapai prestasi menjadi sangat lemah.
2.  Berpikir dan Berperasaan Positif
Anda tentu pernah mendengar atau membaca istilah ‘berpikir positif’ (positive thinking), bukan? Berpikir positif adalah berpikir baik (tidak buruk, tidak jelek, atau tidak negatif) mengenai atau terhadap sesuatu hal. Berpikir positif dapat dikatakan mirip dengan berprasangka baik, yakni menaruh anggapan baik terhadap segala sesuatu yang dihadapi. Sementara itu, berperasaan positif (positive feeling) hakikatnya juga sama dengan berpikir positif; hanya bedanya berperasaan positif mengacu pada penggunaan perasaan atau hati.
Nah, dalam upaya mencapai prestasi, berpikir positif dan berperasaan positif sangat dibutuhkan. Berpikir positif dan berperasaan positif terhadap segala hal yang dihadapi akan menempatkan kita pada suasana yang kondusif. Dengan berpikir dan berperasaan positif, pikiran dan hati kita akan tenang, tenteram, sejuk, gembira, dan relatif bebas dari kekhawatiran atau ketakutan yang dapat menjadi gangguan yang serius. Hal ini penting sebagai bagian untuk mendapatkan konsentrasi dan fokus selama menjalankan latihan dalam upaya membentuk kemampuan atau kecakapan. Kemampuan atau kecakapan adalah modal atau sarana utama dalam mencapai prestasi.
3.  Disiplin
Disiplin merupakan sikap yang tidak dapat ditinggalkan dalam meraih prestasi. Tanpa disiplin, usaha meraih prestasi akan mandek. Hampir tidak ada prestasi dan sukses yang dicapai dengan sikap manja, malas-malasan, santai, asal-asalan, dan apa adanya. Orang-orang yang berprestasi adalah orang-orang yang umumnya berdisiplin tinggi. Mereka belajar dan berlatih serta mempraktikkan apa yang dipelajari dan dilatihkan dengan rutin, teratur, tepat waktu, dan sesuai ketentuan.
Potensi akan sulit berkembang menjadi kecakapan atau keterampilan jika tidak diasah dengan sikap disiplin. Bahkan usaha dan kerja keras pun jika dilakukan dengan sembarangan tanpa disiplin masih sulit menghasilkan prestasi. Disiplin berperan sangat penting dalam membentuk potensi menjadi kecakapan atau keterampilan.
Disiplin meliputi keteraturan, keajekan, dan ketepatan waktu dalam belajar dan berlatih. Disiplin juga mencakup keteraturan dalam melakukan hal-hal rutin keseharian, seperti makan, istirahat, bergaul, dan berkomunikasi dengan sesama. Orang dikatakan memiliki disiplin diri yang baik manakala ia dapat menjalankan bidang kegiatan dan kehidupan sehari-harinya dengan ajek, teratur, dan tepat waktu.
4.  Tidak Cepat Merasa Puas
Perasaan cepat puas menghalangi kita untuk mencapai kemampuan atau keterampilan yang optimal. Dengan perkataan lain, perasaan cepat puas menghambat kita dalam mencapai prestasi tinggi. Pencapaian prestasi seseorang sering mengalami kemandekan akibat munculnya perasaan cepat puas.
Perasaan lekas merasa puas biasanya mudah menghinggapi para pemula pemburu prestasi. Mereka ini umumnya kurang maksimal dalam meraih prestasi karena mungkin kurangnya pengetahuan mengenai jenjang atau tingkatan prestasi serta terbawa oleh perasaan mudah larut dalam kegembiraan yang berkepanjangan. Begitu prestasi tertentu diraih, perasaan senang dan puas langsung datang menyergap tanpa menyadari bahwa prestasi-prestasi lanjutan di atasnya masih banyak yang belum dicapai.
Untuk mencapai prestasi dan sukses, kita harus mencanangkan sikap tidak lekas merasa puas. Dengan tidak lekas merasa puas, kita akan terpacu untuk terus-menerus meningkatkan prestasi. Dengan tidak lekas merasa puas, kita akan termotivasi untuk meraih hasil yang lebih baik, lebih besar, dan lebih tinggi.
Pernahkah Anda mengikuti kisah para juara dunia olahraga yang masih berambisi untuk memperbaiki rekor waktu yang sudah dicapainya biarpun mereka sudah menjadi juara dunia? Itulah contoh sikap tidak cepat puas yang patut kita teladani. Jika mereka yang sudah menjadi juara dunia saja masih ingin terus meningkatkan prestasi, kita yang tentunya masih belum apa-apa jelas perlu terus meningkatkan kemampuan dalam upaya mencapai prestasi yang lebih besar dan lebih tinggi.
5.  Tidak Mudah Menyerah
Hambatan seringkali muncul serta kegagalan tidak jarang terjadi dalam usaha mencapai prestasi. Itu sebenarnya adalah hal yang biasa dalam liku-liku mencapai prestasi. Akan tetapi, kenyataannya, banyak orang menyerah begitu menemui hambatan berat atau mengalami kegagalan. Oleh karena menyerah, usaha per-buruan dan pencapaian prestasi pun menjadi kandas dan berakhir.
Padahal, hambatan sesungguhnya dapat diatasi serta kegagalan pun dapat dijadikan pelajaran. Untuk mencapai prestasi tinggi, kendala dan kegagalan hampir senantiasa menghadang. Tidak ada prestasi tinggi, apalagi di tingkat nasional dan internasional, yang tanpa kendala dan ancaman kegagalan.
Para peraih prestasi tinggi di level nasional dan internasional umumnya sudah sangat kenyang dengan hambatan dan kegagalan. Sebelum mencapai prestasi tinggi, mereka dihadang oleh banyak sekali hambatan serta berkali-kali mengalami kegagalan. Namun, berkat sikap tidak mudah menyerah, mereka dapat mengatasi semua hambatan serta dapat mengubah kegagalan menjadi pelajaran dan pemacu semangat sehingga akhirnya berhasil meraih prestasi.
Tak mudah menyerah merupakan sikap yang wajib diambil dalam meraih prestasi. Prestasi, apalagi prestasi tinggi, tidak mungkin diraih dengan mudah dan sekali tempuh. Rasanya hampir mustahil dengan satu kali perjuangan kita langsung dapat mengatasi semua hambatan dan pesaing serta begitu saja dapat meraih prestasi puncak. Kancah perebutan prestasi tinggi penuh dengan persaingan berat serta hambatan dan kegagalan sering menghadang sehingga hanya mereka yang punya sikap tidak mudah menyerahlah yang berpeluang untuk menggapainya.
6.  Berani Mengambil Risiko
Semua usaha mengandung risiko, termasuk usaha meraih prestasi. Risiko yang paling umum dalam melakukan usaha tidak lain adalah kegagalan. Kegagalan kecil atau besar dapat dialami oleh siapa saja yang mencoba merintis usaha mewujudkan sesuatu. Kegagalan selalu membayang-bayangi setiap usaha.
Selain risiko kegagalan, dalam upaya meraih prestasi juga ada risiko-risiko lain yang akan muncul. Risiko yang dimaksud tidak sekadar menjadi kemungkinan yang dapat terjadi, tetapi benar-benar akan terjadi. Risiko-risiko tersebut tidak lain adalah mengeluarkan tenaga dan biaya, mengorbankan waktu dan kesempatan bermain, memeras keringat dan pikiran, dan sebagainya. Risiko-risiko ini mau tidak mau harus dialami dalam usaha mencapai prestasi.
Dengan demikian, upaya meraih prestasi harus dilandasi kesadaran bahwa risiko kegagalan menjadi bagian yang tak terpisahkan. Kesadaran seperti ini akan menumbuhkan sikap berani mengambil risiko. Keberanian mengambil risiko akan memberikan kekuatan tersendiri karena dapat melenyapkan keragu-raguan dan kecemasan serta memicu tumbuhnya semangat yang lebih kuat dalam upaya meraih prestasi.
7.  Belajar dari Pengalaman
Ada sebuah ungkapan klise, tetapi sungguh memberi manfaat yang nyata. Ungkapan itu adalah “Pengalaman merupakan guru yang baik”. Tak diragukan lagi, pengalaman merupakan sumber pembelajaran yang penting dalam meraih sukses pada masa depan.
Pengalaman di sini merujuk pada kejadian-kejadian masa lalu yang pernah dialami. Pengalaman, apa pun bentuknya, baik keberhasilan maupun kegagalan, dapat menjadikan kita lebih matang, dewasa, dan mumpuni. Dengan berkali-kali mengalami kejadian (kesuksesan dan kegagalan), kita akan lebih kuat secara fisik dan kejiwaan, lebih tegar dalam menghadapi tantangan, serta lebih bijaksana dalam mengambil sikap dan tindakan.
Oleh sebab itu, belajar dari pengalaman adalah hal yang harus dilakukan dalam upaya meraih prestasi. Jika suatu saat kamu pernah mengalami (peristiwa) kegagalan dalam sebuah lomba; dengan belajar sungguh-sungguh dari kejadian itu, kamu pasti akan lebih siap dan lebih tangguh dalam menghadapi lomba serupa untuk yang akan datang. Belajar dari pengalaman akan membuat langkahmu ke depan lebih hati-hati, waspada, terukur, dan terkontrol. Strategi untuk mengatasi segala kendala dan tantangan juga akan lebih mantap. Dengan begitu, peluang kamu untuk mencapai sukses dalam lomba itu menjadi lebih terbuka.
Pengalaman yang dapat dijadikan sumber pembelajaran bukan hanya pengalaman diri sendiri, melainkan juga pengalaman orang lain, terutama pengalaman orang-orang yang sukses dan berprestasi. Dalam banyak hal, pengalaman orang-orang besar yang sukses dan berprestasi mengandung hikmah dan pelajaran yang sangat baik. Dari pengalaman mereka, kita, antara lain, dapat mengambil dan meniru kiat-kiat mereka dalam meraih sukses dan prestasi. Pengalaman orang-orang sukses, jika kita mempelajarinya dengan serius, dapat menginspirasi kita untuk meraih sukses yang serupa.
(Sumber: Embun, http://caraelok.blogspot.com/2017/01/sikap-penting-dalam-meraih-prestasi.html)

Meraih Prestasi sesuai dengan Potensi Diri

Sumber: segiempat.com

Diketahuinya potensi diri menjadi kunci pembuka dimulainya upaya meraih prestasi. Kita dapat segera memulai usaha meraih prestasi begitu kita sudah mengetahui potensi diri. Dengan mengetahui potensi diri, kita dapat membuat perencanaan dan menentukan langkah-langkah yang lebih tepat dalam mengembangkan potensi untuk meraih prestasi.
Dalam memulai usaha mengembangkan potensi untuk meraih prestasi, satu hal harus benar-benar dicamkan bahwa prestasi yang hendak dicapai sesuai dengan potensi atau kemampuan yang dimiliki. Harus dihindari upaya mencapai prestasi di luar bidang potensi atau kemampuan yang dimiliki. Jadi, jika kita tahu bahwa potensi, kemampuan, atau bakat kita ada dalam bidang seni, prestasi yang akan kita raih haruslah dalam bidang seni, jangan dalam bidang lain, seperti olahraga atau teknologi.
Langkah coba-coba untuk berprestasi di luar bidang potensi atau kemampuan merupakan tindakan yang keliru dan sia-sia. Selain merupakan pemborosan waktu, tenaga, dan biaya, langkah seperti itu akan membawa kita pada kegagalan dan keterpurukan. Kita hampir pasti tidak akan mampu bersaing karena kita tidak memiliki modal (potensi) yang cukup, sementara di sisi lain sangat mungkin para pesaing kita terdiri atas orang-orang yang berpotensi karena pada zaman yang kian spesialistis sekarang ini orang cenderung makin menggeluti bidang kemampuannya masing-masing.
Tidak ada manusia superior  yang mampu berprestasi dalam semua bidang. Setiap manusia dibekali potensi spesifik tersendiri sehingga usaha untuk meraih prestasi harus disesuaikan dengan potensi yang dimiliki. Berlagak superior  dengan mencoba berprestasi dalam semua atau sebagian besar bidang kehidupan merupakan perbuatan mubazir karena tidak akan pernah mampu dilakukan oleh manusia yang wajar dan normal.

Meraih Prestasi dan Sukses dengan Belajar dari Pengalaman

Sumber: keancougarblog.blogspot.com

Ada sebuah ungkapan klise, tetapi sungguh memberi manfaat yang nyata. Ungkapan itu adalah “Pengalaman merupakan guru yang baik”. Tak diragukan lagi, pengalaman merupakan sumber pembelajaran yang penting dalam meraih sukses pada masa depan.
Pengalaman di sini merujuk pada kejadian-kejadian masa lalu yang pernah dialami. Pengalaman, apa pun bentuknya, baik keberhasilan maupun kegagalan, dapat menjadikan kita lebih matang, dewasa, dan mumpuni. Dengan berkali-kali mengalami kejadian (kesuksesan dan kegagalan), kita akan lebih kuat secara fisik dan kejiwaan, lebih tegar dalam menghadapi tantangan, serta lebih bijaksana dalam mengambil sikap dan tindakan.
Oleh sebab itu, belajar dari pengalaman adalah hal yang harus dilakukan dalam upaya meraih prestasi. Jika suatu saat Anda pernah mengalami (peristiwa) kegagalan dalam sebuah lomba; dengan belajar sungguh-sungguh dari kejadian itu, Anda pasti akan lebih siap dan lebih tangguh dalam menghadapi lomba serupa untuk yang akan datang. Belajar dari pengalaman akan membuat langkah kita ke depan lebih hati-hati, waspada, terukur, dan terkontrol. Strategi untuk mengatasi segala kendala dan tantangan juga akan lebih mantap. Dengan begitu, peluang kita untuk mencapai sukses dalam lomba itu menjadi lebih terbuka.
Pengalaman yang dapat dijadikan sumber pembelajaran bukan hanya pengalaman diri sendiri, melainkan juga pengalaman orang lain, terutama pengalaman orang-orang yang sukses dan berprestasi. Dalam banyak hal, pengalaman orang-orang besar yang sukses dan berprestasi mengandung hikmah dan pelajaran yang sangat baik. Dari pengalaman mereka, kita, antara lain, dapat mengambil dan meniru kiat-kiat mereka dalam meraih sukses dan prestasi. Pengalaman orang-orang sukses, jika kita mempelajarinya dengan serius, dapat menginspirasi kita untuk meraih sukses yang serupa.