Saturday, April 7, 2018

Tak Ada Kata Berhenti untuk Belajar

Oleh Zamroni Sw.
(Sumner: mumtazz10.wordpress.com) 

Wahai anak muda, jika engkau tidak sanggup menahan lelahnya belajar, engkau harus menanggung pahitnya kebodohan.
–– Phythagoras
‘Belajar’ adalah kata yang sangat biasa dalam kehidupan kita. Namun, kata ‘belajar’ tidak pernah membosankan untuk disebut, dibaca, dan didengar. Belajar juga akan dengan ikhlas dan senang hati untuk terus-menerus dilakukan (dipraktikkan) jika kita sadar diri bahwa kita adalah makhluk yang penuh dengan kelemahan dan kekurangan.
Belajar tidak melulu menjadi kewajiban para pelajar dan mahasiswa yang tengah menuntut ilmu di bangku pendidikan. Belajar tidak hanya menjadi kewajiban guru dan dosen guna mendapatkan tambahan wawasan dan pengetahuan sebagai bekal untuk mengajar di depan siswa dan mahasiswa. Belajar juga tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab para birokrat, pejabat negara, dan wakil rakyat untuk membaca dan menagkap aspirasi masyarakat dalam upaya menciptakan kebijakan-kebijakan yang tepat.
Belajar adalah kewajiban kita sebagai manusia. Belajar adalah tugas kita sebagai khalifah di dunia. Belajar adalah tanggung jawab kita sebagai makhluk lemah dan seringkali alpa. Belajar adalah keniscayaan kita sebagai insan bodoh yang gemar berbuat aniaya dan melakukan perbuatan sia-sia.
Belajar, belajar, dan belajar. Belajar merupakan proses yang tak mengenal kata akhir. Belajar adalah tradisi yang harus terus dijaga kelestariannya. Belajar adalah aktivitas yang senantiasa wajib dilakukan manusia ­--- berapa pun usianya, apa pun pekerjaannya, di mana pun keberadaannya, kapan pun waktunya, dan bagaimana pun keadaannya --- sebagai jalan untuk terus-menerus meminimalisasi ketidaksempurnaannya.
Belajar tak mengenal usia. Belajar tak mengenal putus asa. Belajar tak mengenal jenis kelamin, suku, agama, golongan, ras, dan batas negara.
Belajar sepanjang hayat; itulah prinsipnya. Kelemahan dan kekurangan manusia mengharuskan kita untuk tidak menentukan batas akhir dalam belajar. Kebodohan dan kecerobohan manusia mengharuskan kita untuk meniadakan kata ‘berhenti’ dalam belajar. Kerakusan dan keserakahan manusia mengharuskan kita untuk tak mengenal kata ‘menyerah’ dalam belajar.
Semua sudut di bumi ini dapat menjadi tempat belajar. Tidak hanya sekolah dan kampus, tempat-tempat lain menyimpan banyak sekali ilmu, pelajaran, atau hikmah untuk menjadi ajang belajar: perpustakaan, pesantren, tempat ibadah, rumah, kantor, perusahaan, museum, stasiun, terminal, jalan raya, pasar, taman, sawah, ladang, kebuh, hutan, sungai, danau, pantai, laut, bukit, gunung, dan sebagainya. Perut dan permukaan bumi menyimpan begitu banyak pengetahuan dan rahasia kearifan alam yang tidak akan pernah habis dipelajari manusia.
Bahkan, hal yang paling kotor dan tempat yang paling tidak layak dihuni makhluk hidup di jagat ini pun mengandung banyak pelajaran untuk manusia. Di tempat yang suci, kita akan belajar cara untuk tidak terjerumus pada kekotoran. Dari hal yang kotor, kita akan mendapat pengetahuan cara menjaga kebersihan. Di tempat yang panas, kita akan mendapat pelajaran cara mensyukuri kesejukan. Dari hal yang dingin, kita akan mengetahui  cara bersikap yang hangat. Di tempat yang berbahaya, kita akan menjadi pandai cara mengambil sikap waspada. Dari hal yang lapang, kita dapat terampil cara menghindari kesempitan. Di tempat yang gelap, kita dapat mengetahui cara membuat pelita. Dari hal yang kering dan gersang, kita dapat belajar untuk mahir membuat taman yang asri atau lahan yang subur untuk ditanami. Begitulah seterusnya.
Semua hal dapat menjadi objek belajar dan semua tempat dapat dijadikan ruang untuk belajar. Selama hidup kita, sesungguhnya kita tidak pernah berhenti belajar. Belajar tak kenal lelah dan putus asa tentang apa saja, di mana saja, dan kapan saja, akan mengantarkan kita pada akhir kehidupan yang bermakna, saat kita tidak lagi dapat belajar karena Tuhan telah menentukan batas akhir usia.